Beranda > Berita tekhnologi > Bebas Macet, Tanpa Sopir

Bebas Macet, Tanpa Sopir

London – Bayangkan bepergian ke tempat kerja tanpa harus membuang waktu yang amat berharga untuk menunggu bus di terminal atau stasiun kereta, dan kemacetan lalu lintas hanya masa lalu serta masalah mencari tempat parkir yang kosong cuma ada dalam memori.

Bagi komuter di Eropa, perjalanan yang aman, lancar, dan bebas stres sedikit demi sedikit mulai menjadi kenyataan. Sejalan dengan inisiatif Uni Eropa untuk membebaskan kota-kota di benua itu dari kemacetan, sebuah sistem angkutan tanpa pengemudi berukuran mini di Terminal 5 Bandar Udara Heathrow, London, Inggris, diharapkan suatu saat bisa menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan daripada mobil, bus, dan taksi.

Sistem angkutan umum perkotaan yang dinamai ULTra (Urban Light Transport) ini mulai dapat dinikmati publik, khususnya calon penumpang pesawat di bandar udara tersibuk nomor tiga di dunia itu pada 2010. Meski begitu, kendaraan berbentuk unik seperti kapsul ini sudah terlihat lalu lalang di bandar udara tersebut dalam beberapa bulan terakhir.

Kendaraan angkutan berjenis personal rapid transit (PRT) atau sering disebut juga personal automated transport (PAT) atau podcar ini adalah perwujudan impian para pakar tata kota. Sejak pertengahan 1970-an, berbagai skema angkutan umum yang efisien telah diajukan di berbagai kota di seluruh dunia, dan sistem mirip PRT telah dibangun di Morgantown di Virginia Barat, Amerika. Namun ULTra adalah sistem PRT pertama yang memberikan kendali kepada penumpangnya untuk menentukan tujuan mereka.

Proyek ULTra mulai dikerjakan pada 2005, ketika British Airways Authority, perusahaan yang mengelola Bandara Heathrow, memesan sebuah proyek percobaan dari Advanced Transport Systems (ATS), Bristol, Inggris. Sebagai permulaan, sistem podcar akan melayani penumpang antara tempat parkir kelas bisnis dan terminal 5. Setiap podcar berkapasitas empat penumpang dan bergerak dengan kecepatan 40 kilometer per jam pada trek sepanjang 4,3 kilometer. Untuk sementara, ULTra hanya berhenti di tiga stasiun dengan waktu tempuh cuma tiga menit, nonstop.

“Kendaraan itu akan lebih cepat dan nyaman daripada bus bandar udara, dan hanya menggunakan separuh energi untuk memindahkan penumpang yang sama dalam jumlah waktu yang sama pula,” kata Martin Lowson, pencetus konsep ULTra dan wakil pemimpin ATS. “Itu terjadi karena ULTra hanya berhenti pada stasiun yang dituju penumpang, dan ukurannya begitu kecil, sehingga tidak ada kapasitas yang terbuang, bahkan, jika hanya ada satu atau dua penumpang yang membutuhkan tumpangan.”

Lowson mengatakan sekitar 70 persen penumpang sama sekali tak perlu menunggu untuk dapat menaiki ULTra, sedangkan bus bandar udara yang saat ini beroperasi di Heathrow berjalan setiap 10 menit. Calon penumpang tak perlu lama antre karena kendaraan berikutnya akan datang kurang dari semenit kemudian. Sebuah sistem komputer pusat akan memonitor kebutuhan penumpang dan mengendalikan lalu lintas ULTra.

Dia juga mengklaim bahwa sistem itu hanya menggunakan rata-rata 0,55 megajoule per kilometer penumpang. Itu berarti ULTra adalah sistem dengan energi paling efisien di kelasnya. Rata-rata bus sedikit di atas 1 megajoule per kilometer penumpang.

Peter Muller, Presiden PRT Consulting di Franktown, Colorado, yang membantu proses uji lapangan berbagai sistem PRT, termasuk ULTra, menyatakan bahwa sistem angkutan itu juga bisa diterapkan di luar bandar udara. “Sistem itu memiliki kemampuan untuk mengubah gaya hidup kita,” ujarnya. “Anda bisa membangun sebuah kota yang membatasi mobil berjalan di daerah pinggiran, dan sistem PRT akan mengangkut orang ke dalam kota.”

Jika sistem transportasi robot ini terbukti sukses, otoritas British Airways di Heathrow berencana menerapkan sistem angkutan umum terkomputerisasi ini ke seluruh bagian bandar udara itu. Kendaraan itu akan menggantikan seluruh bus di Heathrow dan tak tertutup kemungkinan juga menghubungkan bandar udara itu dengan hotel-hotel di sekitarnya. Gerakan ini diperkirakan menyedot anggaran hingga Rp 3,07 triliun.

Amerika Serikat juga menaruh minat pada sistem moda transportasi yang ramah lingkungan ini. Salah satu negara dengan jumlah kendaraan terbanyak di dunia itu sadar bahwa emisi karbon dari jutaan knalpot adalah salah satu masalah lingkungan yang menjadi agenda penting dalam konferensi iklim di Kopenhagen, Denmark. Kendaraan aneh berbentuk mirip kapsul itu mungkin akan menjadi pemandangan biasa di masa depan.

*sumber :Tempo interaktif
  1. 28 Desember 2009 pukul 2:56 pm

    masih blog kang yusup yah? 😉

    Indonesia kapan punya seperti inih? hebat uy

    Suka

    • yusupman
      28 Desember 2009 pukul 4:06 pm

      Iya Kang…pengen refresing di blog baru nich..

      Suka

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar